Teolog-Teolog Berpengaruh dari Beberapa Agama di Dunia – Teologi menjadi hal yang sangat terkait dengan perkembangan agama-agama di seluruh dunia. Teologi bahkan tidak terlepas dari ajaran agama yang ada karena pemahaman teologis mendukung refleksi dan penghayatan akan Tuhan dan iman yang ada di agama tersebut. Para teolog dengan pemahaman dan refleksi yang ada tentang Tuhan dan keimanan mereka pun memiliki kontribusi besar dalam perkembangan agama-agama terkait. Pemikiran dari para teolog pun tidak lantas hilang begitu saja. Pemikiran yang ada terus dipelajari oleh generasi-generasi selanjutnya sebagai panduan dan pembelajaran tentang bagaimana iman itu dihayati dan agama itu dipraktikkan. Untuk itu, ada beberapa teolog besar di dunia yang namanya sudah sangat terkenal dan pemikiran-pemikirannya banyak dipelajari sampai saat ini. Para teolog ini memberikan kontribusi besar tidak saja pada satu agama saja, tapi juga untuk agama lainnya dengan pemikiran yang ada dan dipelajari sampai saat ini.
Salah satu teolog besar pertama adalah Martin Luther. Teolog ini adalah sosok teolog yang berhasil membawa reformasi besar dalam Gereja Katolik dan pandangannya justru sempat dianggap bidaah dan bertentangan dengan ajaran Katolik di masa itu karena berlawanan dengan dogma dan praktik gereja yang ada di masa itu. Martin Luther adalah seorang imam dan teolog. Dia adalah imam dari ordo Agustinian.
Nama Martin Luther sangat dikenal khususnya dengan ketertarikannya dalam Reformasi Kristen yang kemudian melahirkan Kristen Protestan seperti yang ada saat ini. Pandangan yang dia sampaikan di masa itu disebut sebagai Lutheranisme dan diikuti oleh banyak orang, termasuk oleh bangsawan Jerman yang terinspirasi dan tergugah oleh surat-surat yang dia sampaikan. Karena itu, walau Luther diekskomunikasi dari gereja dan dicap sebagai bidaah di masa itu, Luther memiliki pengikut dan bisa menjadi cikal bakal dari Kristen Protestan yang ada sekarang ini. Protes dan kritik yang disampaikan oleh Luther berawal dari adanya penjualan surat pengampunan dosa yang dilakukan oleh Gereja dan ini bahkan memang menjadi kebijakan dari otoritas Kepausan di Vatikan.
Luther menyadari bahwa praktis itu adalah hal yang salah dan indulgensi bukan merupakan hal yang bisa diperjualbelikan. Praktik korup juga terjadi di tubuh gereja yang melibatkan imam hingga uskup di masa itu. Penjualan itu pun dilakukan sebagai upaya pembangunan Basilika Santo Petrus di Vatikan. Paus Leo X tidak langsung mengekskomunikasikan Luther pada masa itu. Luther diminta membatalkan surat dan pendapatnya itu di tahun 1520 tapi Luther tidak mau dan justru membakar surat dari Paus Leo X. Karena itu, Edik Worms pun dirilis dan menyatakan bahwa Martin Luther diekskomunikasi dari gereja dan terdakwa bidaah. Namun, Luther masih tetap menjalankan karirnya sebagai pengajar dan tetap berpegang pada pemahamannya. Di masa selanjutnya, Gereja Katolik mengakui kesalahan terkait kebijakan korup dan jual beli indulgensi yang ada itu.
Teolog kedua adalah Confucius. Confucius tidak sekedar berbicara tentang teologi tapi juga filsafat dan beragam hal lainnya yang membuat pemikirannya berkembang luas. Confucius hidup di masa dinasti di China dan sempat mendapatkan tekanan di masa DInasti Qin pada waktu itu. Pemikiran-pemikirannya pun tidak terikat pada suatu agama tertentu tapi lebih menyentuh pada kehidupan nyata dan keseharian orang-orang. Confucius menjadi suatu guru yang ajaran-ajarannya pun diikuti oleh masyarakat China dan bahkan orang lain di Asia Timur di masa itu. Ajarannya kemudian disebut sebagai konfusianisme. Ajarannya ini memang lebih banyak tentang nilai moral dan tananan sosial. Namun, itu pun tetap diilhami oleh penganut Konghucu dan dipraktikkan dalam kehidupan beragama di agama tersebut. Walau sempat mengalami situasi suilt di masa Dinasti Qin, justru di masa Dinasti Tang dan Song ajarannya menjadi banyak diikuti dan dipelajari di beragam sekolah dan pusat pendidikan di masa itu. Tak hanya di China dan Asia Timur, pandangan dan nilai-nilai teologis yang disampaikan oleh Confucius juga sampai ke Barat dan kemudian melahirkan Neo-Konfusianisme.
Teolog selanjutnya adalah Abu Hanifa. Dia merupakan sosok teolog di abad 8 Masehi dan berasal dari Persia. Abu Hanifa merupakan seorang ahli di bidang hukum dan agama islam dari Muslim Sunni. Dia juga menjadi pendiri dari sekolah yurisprudensi untuk Sunni. Ini pun menjadi salah satu pusat pendidikan yang sangat besar di masa itu dan menjadi sekolah hukum dari banyak orang yang berasal dari negara di Asia Tengah, Persia, Afghanistan, Bangladesh, hingga orang muslim dari India dan Turki. Namanya pun semakin dikenal luas. Pandangan-pandangannya pun terus berkembang. Pandangannya pun bisa diterima banyak orang karena dia menggunakan pendekatan logis sebagai seorang ahli hukum dan agama Islam di masa itu. Dengan pemikiran teologisnya, ini kemudian dikenal sebagai aliran teologi Sunni Maturidi. Banyaknya pengikut yang ada pun semakin membuat namanya dikenal luas.
Ada pula sosok teolog dari agama Hindu. Namanya adalah Ramanuja. Dia adalah seorang filsuf dan juga teolog dari India. Pandangan dan pemikirannya bahkan berkembang dan diterima dengan baik oleh banyak orang Hindu di masa itu sehingga menjadi salah satu bagian penting dalam tradisi Sri Wasnawa. Ini merupakan suatu tradisi yang cukup dikenal dalam agama Hindu. Pendekatan teologisnya tidak terlepas dari pemikiran filosifis yang dia miliki dan itu pun terkait dengan kesalehan hudup dan praktis hidup nyatanya dalam gerakan Bhakti. Ramanuja pun sering disebut sebagai Guru Ramanuja karena teladan dan pemikirannya yang menginspiraisi banyak orang. Dalam perjalanan hidupnya, Ramanuja juga dianggap sebagai salah satu tokoh yang terlibat dalam penulisan teks di dalam Sutra Brahma dan juga dalam Bhagavad Gita yang menjadi pedoman penting umat Hindu di dunia.