5 Fakta Tantangan Sulitnya Pemulihan Ekonomi di Tahun 2021
5 Fakta Tantangan Sulitnya Pemulihan Ekonomi di Tahun 2021 – Pandemi Covid-19 tahun ini telah memberikan tekanan pada perekonomian Indonesia. Bahkan di tahun 2021, perekonomian masih diselimuti ketidakpastian.
5 Fakta Tantangan Sulitnya Pemulihan Ekonomi di Tahun 2021
theologywebsite – Menteri Keuangan Sen Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 diharapkan tumbuh 4% hingga 5% yang merupakan kontribusi seluruh negara berkembang termasuk Indonesia.
Muriani mengatakan dalam video virtual: “Tahun depan, dengan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan 4% hingga 5%, ini pasti akan disumbangkan oleh semua negara berkembang dan berkembang termasuk Indonesia.”
Berikut fakta-fakta yang Okezone rangkum tentang Sulitnya Pemulihan Ekonomi di Tahun 2021:
1. Stabilitas Kesehatan hingga Banyaknya Pengangguran
Menteri Keuangan Sri Mulyani menhelaskan bahwa pemulihan ekonomi masih berlangsung. Masih banyak tantangan, antara lain kesehatan dan stabilitas, pengangguran yang masif dan krisis di sektor usaha dan sektor fisik yang mempengaruhi sektor keuangan.
“Instrumen yang paling penting untuk berinteraksi dengan Covid pertama adalah masalah kesehatan, kemudian krisis sosial, karena orang kehilangan pendapatan, mata pencaharian, dan kemudian krisis di sektor bisnis. Baik di sektor aktual, dapat mempengaruhi sektor keuangan, “dia menjelaskan.
Baca juga : 11 Ide Bisnis Paling Berpotensi Menghasilkan keuntungan Menggiurkan di Saat Pandemi
2. UU Cipta Kerja Bisa Bantu Pemulihan Ekonomi
Firman Soebagio, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Baleg) Partai Golkar, menilai Undang-Undang Penciptaan Ketenagakerjaan (UU) merupakan langkah konkret yang diambil pemerintah dan terobosan untuk memastikan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Firman mengatakan, Selasa (14/4): “Undang-Undang Kreasi Karya (RUU) diharapkan bisa menghirup angin segar. Tentunya, pemerintah bisa mengambil langkah konkrit dan melakukan terobosan, serta memberikan insentif yang jelas terkait pemulihan ekonomi.”
Menurutnya, dampak ekonomi Covid-19 dirasakan di seluruh dunia, dan Indonesia harus segera menangani masalah ekonomi ini.
Jika pemerintah dan Republik Demokratik Rakyat tidak segera memberlakukan regulasi ekonomi yang tepat atau mengikuti terobosan negara lain, Indonesia akan masuk dalam daftar isu ekonomi berkelanjutan pasca epidemi.
Ia mengatakan: “Tujuan investasi tidak mungkin tercapai, ekonomi kita tidak akan pulih, dan jumlah pengangguran akan terus bertambah dan akan sulit untuk diatasi. Sekarang saatnya kita membahas RUU penciptaan lapangan kerja ini,” ujarnya.
Firman juga menyatakan, dalam pandemi Covid-19, setiap departemen harus menjalankan tugasnya secara efektif. “Saat menangani Covid-19, sudah ada satgas yang bertanggung jawab menangani masalah kesehatan.
Sekarang, tim ekonomi harus menjalankan tugasnya dan bersiap menghadapi dampak ekonomi, sehingga ketika semua ini selesai, kita siap dan perekonomian akan pulih.
”Fierman mengatakan, dalam ketentuan hukum, pembahasan RUU harus bisa diselesaikan dalam dua masa percobaan. Tujuan DPR adalah membahas draf tepat waktu. Firman berkata: “Tentu kita juga harus melibatkan para pemangku kepentingan, tapi kita juga harus melihat bahwa ini untuk kepentingan nasional.”
3. Pemerintah Siapkan Langkah Dasar Pemulihan Ekonomi
Epidemi COVID-19 telah melanda dunia. Padahal, banyak negara yang ekonominya tidak tumbuh atau malah menyusut. Untuk itu, Presiden Joko Widodo (Joko Widodo) menyusun Rencana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) agar perekonomian negara tidak terkoreksi lebih lanjut. Selain itu, pada triwulan I tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan, sehingga kini hanya tinggal 2,97%.
Chokovi mengatakan, rencana pemulihan ekonomi nasional yang dirancang pemerintah termasuk bantuan kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menyuntikkan dana kepada BUMN.
“Saya minta semua rencana pemulihan ekonomi yang direncanakan, seperti subsidi bunga untuk usaha kecil dan menengah, penataan dana bagi bank yang terkena restrukturisasi, pemberian jaminan pinjaman modal kerja, pemberian PNM untuk BUMN dan pemberian investasi pemerintah untuk modal kerja.
Harapannya, Saya berharap, saya ingin memastikan ini segera berjalan di lokasi, ”ujarnya dalam rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (3/6).
Selain itu, Chokovi juga berpesan agar rencana pemulihan ekonomi harus dapat memberikan manfaat nyata untuk para pelaku usaha, khususnya di industri padat karya, agar dapat terus beroperasi. Mengingat banyaknya tenaga kerja di sektor ini, hal ini hanya untuk mencegah terjadinya PHK besar-besaran.
Kali ini, mantan Gubernur Republik Demokratik Jakarta itu juga mengingatkan semua pihak untuk berbagi beban penanganan masalah tersebut.
“Saya minta konsep pembagian beban. Begitu pula konsep pembagian beban dan pain sharing harus menjadi acuan bersama antara pemerintah, BI, OJK, perbankan, dan pelaku usaha. Harus benar-benar mau memikul tanggung jawab, bekerja sama, dan bersedia berbagi risiko secara proporsional.
Dan dengan sungguh-sungguh menerapkan prinsip ini agar pelaku usaha perusahaan dapat terus beroperasi, mencegah PHK besar-besaran, dan menjaga stabilitas di sektor keuangan.Tentu saja, kita dapat melindungi pergerakan ekonomi. ”
Chokovi mengatakan, untuk mencegah moral hazard, pemerintah siap bekerja sama dengan Partai Revolusi Rakyat dan pihak terkait lainnya untuk memantau rencana pemulihan ekonomi negara agar tetap transparan dan dijelaskan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati menyatakan, hingga akhir tahun 2020 anggaran pemerintah dalam Rencana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai Rp 677,2 triliun, lebih tinggi dari rencana semula sebesar Rp 641,17 triliun. Rupiah lebih besar.
Dia menjelaskan, kenaikan anggaran program PEN akan mengubah anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana diatur dalam Perpres 54 Tahun 2020.
Ani mengatakan, PEN menetapkan empat metode dan belanja negara yang merupakan alat APBN untuk mendukung pemulihan ekonomi negara.
Ia mengatakan: “Inilah isi PEN yang akan kita bahas dalam empat hal hari ini, yaitu PMN, penanaman dana pemerintah di bank, investasi pemerintah, penjaminan, dan belanja negara yang bertujuan untuk memelihara dan memulihkan perekonomian nasional (karena COVID-19) “Ani
Dia menjelaskan, anggaran PEN Rp 677,2 triliun pertama, Rp 87,55 triliun akan digunakan dalam anggaran sektor kesehatan, termasuk belanja penanganan COVID-19, tenaga medis, pensiun kematian, dan warga negara. Bantuan pembayaran jaminan kesehatan, pembiayaan satuan tugas, dan insentif pajak untuk bidang kesehatan.
Kedua, terkait perlindungan sosial terkait rencana PKH, sembako, bansos se-Jabodetabek, bansos non-Jabodetabek, kartu pra-kerja, diskon listrik diperpanjang hingga enam bulan, dan pengamanan logistik kelontong dan BLT dana desa, Rp. .203,9 triliun, “jelasnya.
Ketiga, untuk usaha kecil dan menengah, pemerintah memberikan dukungan berupa subsidi bunga, restrukturisasi pengaturan pendanaan, dan dukungan modal kerja untuk usaha kecil dan menengah dengan jumlah pinjaman hingga Rp10 miliar.
Dan belanja yang digunakan untuk pemberian kredit modal kerja kepada usaha kecil dan menengah kurang dari 10 miliar rupiah. Dukungan dalam APBN tersebut mencakup 123,46 triliun rupiah.
Keempat, pemerintah memberikan keringanan pajak sebesar 120,61 triliun rupee kepada dunia usaha agar tidak bangkrut.
Kelima, dukungan pembiayaan dan sektor perseroan sebesar Rp 44,57 triliun. Pada segmen ini, pemerintah melaksanakan penanaman modal negara (PMN) dan memberikan kredit modal kepada non UMKM berupa pinjaman padat karya yang jumlahnya meningkat dari Rp10 miliar menjadi Rp1 triliun.
Lalu yang keenam, dengan total 97,11 triliun rupiah, digunakan untuk mendukung departemen dan departemen / lembaga (K / L) serta pemerintah daerah dalam menyikapi COVID-19.
Melalui rencana National Economic Recovery (PEN), mantan direktur pelaksana Bank Dunia itu berharap pertumbuhan ekonomi Indonesia di Tanah Air bisa mencapai target 2,3%, meski ia yakin itu akan sulit dicapai.
“Namun dalam konteks berbagai stimulus dan pemulihan ekonomi, kami tetap berharap agar jumlah transaksinya di atas 0%. Artinya mendekati 1%, atau bahkan mendekati 2,3%. Bahkan di 2,3 itu menjadi lebih berat.
Karena popularitas PSBB, kuartal kedua akan sangat berkurang. Namun, kami berharap rencana pemulihan ekonomi nasional untuk kuartal ketiga dan keempat bisa mengejar lagi. Itu yang harus kita lakukan.
Dengan begitu, kita Pertumbuhan ekonomi ke depan Diperkirakan bisa lebih rendah dari 2,3, tapi kami berharap masih dalam kisaran positif, ”jelasnya.
4. Program PEN Dilanjutkan di 2021
Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan Rencana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan terus dilaksanakan pada tahun 2021. Total nilai PEN yang dialokasikan pemerintah tahun ini sebesar 372,3 triliun rupiah.
Saat Airlangga membuka transaksi BEI pada Senin 2021 (4/1/2021), Airlangga mengatakan: “Akan terus mendukung program PEN. PEN (2021) memiliki anggaran BEI sebesar 372,3 triliun.
Airlangga mengatakan melalui PEN diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat di tahun 2021. Ini juga akan memperluas kesempatan kerja di Indonesia. Ia mengatakan: “Dengan demikian, dapat mempercepat pertumbuhan lapangan kerja dan menjadikan Indonesia lebih kompetitif.”
Dijelaskannya, untuk jurusan UMKM penyaluran nilai PEN mencapai Rp. 48,8 triliun. Diantaranya subsidi bunga KUR reguler sebesar Rp14,8 triliun, dukungan pembiayaan KUMKM sebesar Rp1,0 triliun, batas kerugian yang dijamin sebesar Rp1,0 triliun, dan cadangan pembiayaan PEN Rp32,0 triliun.
Kemudian, nilai penyaluran bidang kesehatan mencapai Rp 25,40 triliun. Secara spesifik, nilai pembelian vaksin Covid-19 adalah 18,0 triliun rupiah, nilai pembelian imunisasi, sarpras, laboratorium dan penelitian dan pengembangan 4,97 triliun rupiah, dan cadangan sumbangan BPJS PBPU / BP sebesar 2,43 triliun rupiah.
Alokasi departemen perlindungan sosial mencapai Rp110,2 triliun. Itu terbagi atas Rp 28,7 triliun, rencana sembako Rp 45,1 triliun, kartu kerja 10,0 triliun rupiah, BLT dana desa Rp 14,4 triliun, dan bantuan sosial tunai program keluarga harapan (PKH) 12,0 triliun rupiah.
5. Pemulihan Ekonomi Terhambat Karena Munculnya Jenis Baru Virus Covid-19
Munculnya virus Covid-19 baru akan menggerogoti pemulihan sektor ekonomi dunia. Jenis baru virus covid-19 ini menyebar dengan cepat di Eropa dan telah menyebabkan banyak negara memberlakukan kembali lockdown atau lockdown.
Saat dihubungi Jakarta, Sabtu (26 Desember 2020), Nailul Huda mengatakan: “Adanya varian baru virus corona dapat menimbulkan keterkaitan pariwisata dan populasi hampir di semua negara / kawasan dan negara lain (terutama Amerika Serikat). Likuiditas ditutup.”.
Akibatnya, pembatasan aktivitas ekonomi akan memperlambat perekonomian. Selain itu, masyarakat khawatir bentuk baru ini akan memperlambat pemulihan ekonomi global.
Dia berkata: “Karena kekhawatiran bahwa vaksin yang telah dikembangkan tidak cocok untuk varian korona baru ini.”
Saat ini, para ilmuwan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang melakukan penelitian tentang virus corona jenis baru yang awalnya ditemukan di Afrika dan Inggris. Namun saat ini diketahui telah menyebar ke banyak negara, salah satunya Australia.
Virus corona jenis baru ini diyakini lebih mudah menyebar, terutama di kalangan anak-anak. Ini karena ada 14 mutasi yang menyebabkan perubahan asam amino yang ada di tubuh manusia.
You may also like
Archives
Calendar
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | ||||||
2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 |
9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 |
16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 |
23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 |
30 | 31 |